Life Choices

Tutup Buku di Tengah Tahun

Cuma ada disini juga, tutup buku di bulan Juli.
Tapi maaf, bukan karna bangkrut lo ya..(mana mungkin?? gretonk ini… haha..)

Btw, sebelumnya kalu mau baca, silakan.. ga maksa..
Tapi kalu memaksa baca, ya ga ada salahnya.. ^^
Lho?

Jadi ne..aku lagi mo ngomong2 soal buku…

Beberapa waktu lalu aku tu ketemu sama buku yang, hmm..ya..jujur aja design cover-nya glow in d’dark gitu..eye catching enough.. Sbage orang yang menurutku masi agak awam, dan suka penasaran, buku itu cukup menarik hasrat orang untuk BELI ato sekadar PINJEM, kalu satu waktu ada kesempatan. Agak mahal memang, untuk satu sinopsis pendek yang ada di belakang buku itu. But it’s so one of a kind. Dan bisa ketebak, cuma beberapa saat aku mikir, dengan waktu yang relatif singkat, ternyata cukup menguatkan aku untuk beli juga. Wuw…..

Ehemm…
Baca lembar pertama,…agak sangsi juga buku ini arahnya mo kemana.. Ada satu dua kalimat yang kadang diulang-ulang n berasa ga ada dasar. Agak ragu juga sih, mo baca terusannya. Tapi, ga ada ruginya juga kali ya dibaca dulu, sapa tau iseng2 berhadiah?, haha…

So i continue reading..

Setelah berlembar2..
Well, ternyata lumayan kok juga isinya..
Walopun sampai di pertengahan belum jelas juga tujuan si empu buku..tapi aku mulai sepakat sama satu pemikirannya yang apa adanya.. Buku itu cerita soal Acceptance. With so natural, it tells me about surrendering to the now.. How we should live at this present. Become fully exist for this day.

Aku yakin banget, pengarangnya sangat mencintai kekinian. Masa lalu uda selesai, Masa depan udah diatur, Masa sekarang kita hadapi. Cukup berat juga, untuk kata-katanya yang selalu lugas. Kompleks, tapi simpel.

Lembar demi lembar dibaca..
Makin bagus..
Makin menantang.
Seru.
Banyak kesederhanaan yang menyenangkan.
Kayanya bakal jadi buku favoritku sepanjang masa deh…

(^-^)

Tapi, karna ga kerasa terlalu larut, aku malah sampe sempat kebawa emosi..
Wuw.. Tau kenapa?

Ternyata,
Ekstrimnya..ada satu prinsip di buku itu yang pada akhirnya mengagumi Kesempurnaan, dengan berdalih: “selalu cari yang terbaik“.

Ups…..
Kok??? Beda 180 derajat gini sih…?

Ah, ilfil ah…
Peduli amat.

Jadi deh, buku itu ditutup.
Di tengah taun.. Di bulan Juli.
Dan cukup.

remember something?

7.30 pm
warnetnya Sambudi n Dwipa..
Personil lain ga disbutin, abis ga tau sapa namanya…

Hehe.

3 thoughts on “Tutup Buku di Tengah Tahun”

  1. Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya? "Gurunya menjawab, " Ada ladang gandum yang luas didepan sana . Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta." Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun. Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali."Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana , jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya." Gurunya kemudian menjawab "Jadi ya itulah cinta." Dihari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya? "Gurunya pun menjawab " Ada hutan yang subur didepan sana . Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan." Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/ subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja. Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?" Plato pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untukmendapatkannya. " Gurunyapun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan." Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika ada pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan… Tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur.Terimalah cinta apa adanya…… …. Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta, suatu proses mendapatkan kesempatan. Ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya. . Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia-sialah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena sebenarnyakesempurnaan itu hampa adanya….. Marriage is like a wine, it should gets better as it grows older…….

  2. Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya bisa menemukannya? "Gurunya menjawab, " Ada ladang gandum yang luas didepan sana . Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, artinya kamu telah menemukan cinta." Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun. Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan saat berjalan tidak boleh mundur kembali."Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana , jadi tak kuambil ranting tersebut. Saat kumelanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusadari bahwasanya ranting-ranting yang kutemukan kemudian tak sebagus ranting yang tadi, jadi tak kuambil sebatangpun pada akhirnya." Gurunya kemudian menjawab "Jadi ya itulah cinta." Dihari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya bisa menemukannya? "Gurunya pun menjawab " Ada hutan yang subur didepan sana . Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, karena artinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan." Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/ subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-biasa saja. Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?" Plato pun menjawab, "sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan kurasa tidaklah buruk-buruk amat, jadi kuputuskan untuk menebangnya dan membawanya kesini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untukmendapatkannya. " Gurunyapun kemudian menjawab, "Dan ya itulah perkawinan." Cinta itu semakin dicari, maka semakin tidak ditemukan. Cinta adanya di dalam lubuk hati, ketika dapat menahan keinginan dan harapan yang lebih. Ketika ada pengharapan dan keinginan yang berlebih akan cinta, maka yang didapat adalah kehampaan… Tiada sesuatupun yang didapat, dan tidak dapat dimundurkan kembali. Waktu dan masa tidak dapat diputar mundur.Terimalah cinta apa adanya…… …. Perkawinan adalah kelanjutan dari Cinta, suatu proses mendapatkan kesempatan. Ketika kamu mencari yang terbaik diantara pilihan yang ada, maka akan mengurangi kesempatan untuk mendapatkannya. . Ketika kesempurnaan ingin kau dapatkan, maka sia-sialah waktumu dalam mendapatkan perkawinan itu, karena sebenarnyakesempurnaan itu hampa adanya….. Marriage is like a wine, it should gets better as it grows older…….

Leave a reply to sekedar-berbagi Cancel reply